. . . . 변화 A

cats

Title : 변화
Cast : choi minho, Bae Suzy, kim woo bin, lee jieun
Other Cast : _¿_
Scriptwriter : bluebyta
Genre : Romance
Rating : PG 17

Disclaimer : cerita ini merupakan karya dan hak milik penulis akan tetapi tokoh dalam cerita merupakan milik orang tua dan agensi masing-masing. Tidak ada pelanggaran yang dimaksudkan dalam penggunaan tokoh selain untuk cerita.
sorry for typo and happy reading

***

Bragg…

Akhhh.. appo. Aku memegangi lututku. Rasanya seperti baru saja menendang batu besar

“Yya, neo soo ji-ya. Kembali kemari” teriak ahjumma pemilik toko buah

Yaissshh, sial sekali. Salah siapa memangnya menaruh tumpukan keranjang buah di trotoar “jwesonghamnida ahjumma, aku terlambat” ucapku kemudian kembali berlari secepat yang aku bisa

“Yya geu yeoja jinjja”

Aku melihat jam tanganku hampir pukul 8. Itu berarti sebentar lagi kelas akan segera dimulai. Arrggghh ini semua salah eonni, harusnya dia membangunkanku lebih pagi. Lagipula universitas macam apa yang mengekang mahasiswanya separah ini. kalau tau begini aku akan masuk universitas lain.

Hahh….hahhh…

Aku menghentikan lariku saat tiba di depan pintu masuk  universitas. Rasanya nafasku mau putus. tapi aku segera tersenyum kembali melihat seorang namja yang tampaknya tengah menunggu. Siapa lagi? Tentu saja dia namja-ku.

Choi minho, dia satu tingkat denganku hanya saja kami berbeda jurusan. Dia memilih jurusan atletik sedangkan aku ada di desain. Bagaimanapun juga jurusan atletik cocok untuknya. Dia punya badan yang bagus dan stamina yang kuat tapi yang paling penting dia adalah namjachingu-ku.

“aigoo, uri soo ji” ucapnya segera setelah aku tiba di hadapannya. Aku mengatur nafasku yang tak karuan “lihatlah ini” ucapnya sambil menyeka keringat di dahiku dengan tangannya “kau harus banyak berolahraga. Suara nafasmu terdengar menakutkan”

“eyyy, ne saem” ucapku lalu tersenyum. Aku melihat jam tanganku sekali lagi “2 menit saem” ucapku padanya. Hanya tersisa 2 menit sebelum kelas dimulai dan aku akan benar-benar tamat kalau aku terlambat.

“arraso, pergilah” ucapnya. Aku tersenyum dan mulai berlari. Tunggu, aku melupakan sesuatu. Aku memutar arahku dan kembali. Haisshh namja ini benar-benar tau. sekarang dia tengah merentangkan kedua tangannya. Aku bergegas memeluknya lalu segera berlari menuju kelasku.

***

Namaku bae soo ji. Ini adalah tahun keduaku di  universitas. Menurutku hidup yang kumiliki cukup menyusahkan. Tapi kuakui memang aku cukup beruntung. Lahir di keluarga biasa-biasa saja harusnya cukup menjanjikan. Tapi itu sebelum kedua orang tuaku kembali pada Tuhan. Lima tahun yang lalu dalam kecelakaan di kereta bawah tanah yang sempat menggegerkan korea selatan.

Setelah itu aku dan eonni menjual rumah kami dan membeli rumah baru yang lebih kecil. Aku memiliki 2 jadwal kerja paruh waktu dan aku harus bekerja keras dengan beasiswaku. Setidaknya aku masih punya sisa keberuntungan. Pertama, aku masih punya eonni. Kedua, aku punya otak yang bisa diandalkan. Dan ketiga, aku punya choi minho.

***

Hari ini aku cukup beruntung karena aku tidak terlambat. Mengingat berapa banyak catatan keterlambatanku, itu bisa mengancam beasiswa yang kudapat. Sepanjang sisa hari ini mungkin akan sangat membosankan. Aku punya jadwal kerja paruh waktu di cofe shop dan di restoran sushi malam nanti. Akan lebih membosankan karena minho sedang latihan. Kudengar itu tentang beasiswa atau apa entahlah karena dia menjelaskan saat aku sedang melayani pelanggan.

“annyeong” ucapku

“eoh soo ji-ah kau sudah datang?” Tanya eun ji eonni

“eoh. Kau mau pergi eonni?” tanyaku. Dia terlihat terburu-buru

“aku harus ke busan untuk beberapa minggu. Kurasa kesehatan eomma ku sedikit menurun”

“jinjja? Kalau begitu kau harus segera kesana. Ucapkan salamku padanya eoh? Kudoakan lekas sembuh”

“ne Agassi” ucapnya bercanda “akan kusampaikan salammu. Sebagai gantiku. Untuk sementara aka nada pegawai baru”

“nugu?” tanyaku

Eun ji eonni meraih tasnya buru-buru “dia belum datang. Mungkin sebentar lagi. Namanya eun ji”

“yee?” bukankah barusan dia menyebut namanya sendiri

“yee?” Tanya eun ji eonni “ahh, ani. Itu namaku. Namanya jieun. Arrkhh molla. Berkenalanlah sendiri” ucapnya lalu berlari pergi. aku hanya bisa mengendikkan bahuku

***

“jwesonghamnida aku terlambat” ucap seorang yeoja yang baru saja masuk

Aku mengerutkan keningku. Ahh, pasti yeoja ini yang bernama jieun “gwenchana. lagi pula tidak terlalu banyak pengunjung hari ini” ucapku

“tetap saja seharusnya aku tidak terlambat. naneun lee jieun ibnida”

“bae soo ji ibnida. Kau mahasiswa?” tanyaku

“ne. universitas [sensor]”

“jinjja? Aku juga disana. Kau tahun berapa?”

“dua” ucapnya sambil menatapku canggung

Ahh aku mengerti “kau mau mengganti seragam?”

“ne” ucapnya

“kemarilah, ikut aku” ucapku sambil mengantarnya ke ruang ganti “ahh dan jangan gunakan bahasa formal saat denganku. kita di universitas yang sama dan di tahun yang sama, tapi aku tak pernah tau tentangmu” ucapku sambil berjalan

“karena kau orang yang sibuk. Kau yeojachingu minho oppa geutchi?”

Aku mengambil baju untuknya “bahkan kau tau itu?”

“semua orang di universitas tau itu. kalian benar-benar membuat orang lain iri” ungkapnya

Aku tersenyum malu “jinjja?”

“eoh” jawabnya

Kami kembali ke depan setelah jieun selesai mengganti pakaian. Aku sempat melayani beberapa pengunjung yang datang sambil mengajarkan jieun cara meracik kopi. Sepertinya yeoja ini bernar-benar pemula.

“kau di jurusan apa?” tanyaku lagi

“atletik” jawabnya

“mwo?” woahh, yeoja ini benar-benar penuh kejutan

“wae?” tanyanya

“dengan kulit bagus dan rambut indah ini?” tanyaku penuh curiga. Sepertinya yeoja ini berbohong

“kau juga punya kulit dan rambut yang indah untuk seorang pekerja paruh waktu”

“eyyy, jelas berbeda. Atlet kan selalu berkeringat”

Dia menatapku “aku perenang”

ahh pantas saja. Aku mengangguk-anggukkan kepalaku

***

Aku baru saja selesai dengan kopi-kopi itu sekarang saatnya beralih pada sushi di restoran jepang milik ahjumma galak. Kalau saja gajinya tak besar aku tak akan mau kerja di sana.

Tiinnn.. terdengar suara klakson mobil tepat di belakangku

“kapjagi” ucapku

Mobil itu berhenti tepat di sebelahku. Si pengendara menurunkan kaca jendelanya. Mwoya? Apa aku tak salah lihat? Itu jieun. Ada apa dengan gadis ini sebenarnya. dia orang yang baru saja kukenal sebagai pekerja paruh waktu yang tidak kusangka adalah seorang perenang dan itu juga berarti dia satu jurusan dengan minho dan sekarang lihatlah, dia naik mobil bagus. Apa ini sebuah drama?

“kau mau pulang?” tanyanya

“a…aniya. Aku masih harus kerja” ucapku

“jinjja? Dimana? Aku akan mengantarmu”

“yeee? Tidak perlu. Tempat kerjaku dekat”

Yeoja itu turun dari mobilnya dan memaksaku naik. Aku bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi hari ini.

***

Badanku rasanya remuk dan sekaang masih harus ditambah menaiki tangga setinggi ini. “aigoo kenapa rumahku ada di ujung tangga?” keluhku

“karena itu murah”

Aku mengerutkan keningku dan berbalik “eonni. Kau baru pulang?” tanyaku

“eoh. Aku harus lembur. Ada banyak pekerjaan yang harus diurus”

“aigoo itulah akibatnya. Kenapa kau memilih jadi sekertaris dari sekian banyak pekerjaan”

“menurutmu? Itu guna ijasahku pabo” ucapnya sambil menaiki tangga mendahuluiku “yang terakhir tiba merebus air untuk mandi” ucapnya sambil mempercepat langkahnya

“mwo?” aku membelalakkan mataku. Andwae, ini tidak bisa dibiarkan. Aku juga ikut mempercepat langkahku dan mendahuluinya “yang terakhir tiba membuat makan malam” ucapku

***

“aigoo” aku merebahkan tubuhku di tempat duduk di halaman rumah kami kemudian disusul eonni

“hahh, aku lelah”

Aku tersenyum “sekarang kau harus merebus air dan memasak makan malam” ucapku

“arrrggghh. Arraso…arraso” ucapnya sambil bangkit berdiri

Itu eonni-ku. Satu-satunya keluarga yang kumiliki sekarang. namanya bae so min. Dia bekerja sebagai sekertaris di perusahaan yang cukup bagus. Bagaimanapun dia eonni yang baik. Kuharap dia bertemu namja yang baik juga.

Aku bangkit berdiri “eonni, aku akan membantumu”

***

Hooaammm. Aku masih mengantuk. Hari ini aku berangkat pagi meski aku tak punya kelas. Menurut jadwal hari ini minho ada kelas jadi mungkin aku bisa menemuinya sebentar sebelum pergi ke perpustakaan.

08.12, apa namja itu tidak datang hari ini. aku mengambil ponselku dan mencoba menghubunginya tapi tak ada jawaban. Aku mengirim beberapa pesan lewat kakao tapi dia tak mebacanya. Mungkin aku harus menunggu sebentar lagi.

08.30, namja itu masih belum datang juga. Kemana dia sebenarnya. mungkinkah dia sakit? Andwae, dia seorang atlet dengan stamina dan daya tahan tubuh yang baik. Atau cedera? Andwae, dia selalu memberi tahu aku kalau dia terluka. Aku mencoba menghilangkan kekhawatiranku dan memilih pergi ke perpustakaan untuk membaca dan mengerjakan beberapa desain.

***

11.40, ini waktunya aku menemui kopi-kopi itu. aku melihat ponselku sesaat sebelum aku pergi tapi sepertinya minho tidak melihat pesanku. Kemana dia sebenarnya. aku membeeskan lembaran-lembaran desainku dan beranjak pergi.

Siang ini begitu terik “mungkin segelas Americano dingin akan sangat cocok” gumamku

“soo ji-ah” aku mendengar seseorang memanggilku. Itu jieun, dia melambaikan tangannya padaku. aku tersenyum dan berjalan menghampirinya

Brraakk…..

“akhhh” teriakku

Seorang namja menabrakku. Membuat semua desainku berhamburan dilantai “mwoya”ucapku

“aishh, dasar sial” ucap namja itu membereskan barang-barangnya yang ikut terjatuh lalu segera pergi

“yya, apa barusan. Apa dia baru saja mengumpatku?”

“gwenchana?” Tanya jieun yang entah sejak kapan sudah di dekatku

“angwenchana” ucapku kemudian memberesi lembar desainku dan pergi “kajja”

***

“ne kamsahamnida. Silahkan kembali lain waktu” ucap jieun. Yeoja itu mengamati soo ji yang sejak tadi hanya diam dan melamun “yya soo ji-ah” panggilnya sambil mengibaskan tangannya di depan wajah soo ji tapi yang dipanggil tidak bergeming sama sekali

“yya bae soo ji” panggilnya lagi kali ini dengan menyentuh pundak soo ji

Yeoja itu tersentak “hmm? Wae?” tanyanya. Matanya melebar dua kali dari ukuran biasa

Jieun tertawa melihat tingkah teman barunya itu “jangan melebarkan matamu seperti itu. kau terlihat lucu”

“lucu? Apanya?” Tanya soo ji

“molla. Lupakan saja. Ada pelanggan. Kau yang layani aku mau ke kamar mandi” ucap jieun

***

Aku benar-benar tidak semangat. Tidak bisakah aku pulang sekarang. tapi ahjumma galak itu akan memotong gajiku. Argghh molla. Aku memainkan sebuah batu sambil berjalan menuju restoran ahjumma galak. “namja itu kemana” gumamku sambil menendang batu pelan “dia lupa padaku?” gumamku sambil menendang batu lagi “apa yang harus aku lakukan?” aku hendak menendang batu lagi tapi sesuatu muncul di otakku

“argghh, soo ji pabo. Seharusnya tadi kau tanyakan pada jieun” ucapku pada diri sendiri

***

“ahjumma, nan wasseo” ucap soo ji begitu tiba di restoran

“cepat kemari. Ada banyak sekali pelanggan. Bantu yeoja itu. dia orang baru” perintah ahjumma pemilik restoran

Soo ji memandang kea rah yeoja yang ditunjuk ahjumma pemilik resto

“soo ji-ah” ucap yeoja itu sambil melambaikan tangan

Soo ji mengerutkan keningnya “jieun? Apa yang dia lakukan disini?”

“yya bae soo ji. Palli” teriak ahjumma pemilik restoran membuat soo ji melupkan pertanyaanya

“ne ahjumma” ucap soo jisambil bergegas

Malam itu restoran tempat soo ji bekerja begitu sibuk. Meski yeoja itu memiliki banyak pertanyaan di otaknya tapi dia tak bisa menanyakannya sekarang. sepertinya sushi sedang jadi trend sekarang membuatnya tak bisa hanya untuk sekedar duduk beristirahat

“apa yang kau lakukan disini?” Tanya soo ji begitu restoran ditutup

“bekerja. Apa lagi?” jawab jieun

“yya. Kau orang kaya yang kurang kerjaan eoh?”

“ani”

“keunde wae?”

“aku hanya senang berada di dekatmu” ucap jieun sambil mengelap meja

“mwo?” Tanya soo ji tak mengerti “seolma, neo…”

“aigoo. Apa yang kau pikirkan. Kau tau saat seseorang berada di posisi paling atas akan ada banyak orang yang membencinya dan saat itulah dia merasa tidak nyaman berada di lingkungannya. Jadi dia harus mencari lingkungan baru” jelas jieun

Soo ji mencoba mencerna apa yang dikatakan jieun “ahh, arraso. Jadi…”

“yya kalian berdua, apa kalian sudah selesai? jangan banyak mengobrol” tegur ahjumma pemilik resto yang kemudian dibalas senyuman canggung oleh keduanya

***

“haahh akhirnya selesai. Aku ingin tidur” ucapku

“kalau begitu aku akan mengantarmu pulang. Kau bisa tidur lebih cepat kalau ku antar”

Aku menatap jieun. Yeoja ini benar-benar baik padanya untuk orang yang baru beberapa hari kenal “arraso. Kajja” ucapku

“yya, jieun-ah. maukah kau membantuku?” tanyaku

“geure. Tak ada yang gratis. Jadi imbalannya kau harus jadi sahabatku selamanya. Deal. Sekarang apa yang bisa kubantu?” tanyanya

Mwoya. Dia ini apa-apaan. Mengambil keputusan sebelah pihak. Tapi itu bukan masalah besar kurasa aku juga setuju dengan itu “bisakah kau jadi mataku untuk mengawasi minho? Aku mulai khawatir padanya. Dia tak menghubungiku seharian ini” jelasku

“minho oppa? Bukankah dia ada di dorm? Dia sedang latihan untuk tes beasiswanya ke jepang”

“mwo?” apa yang dia katakana. Aku yang yeojanya saja bahkan tak tau. tapi bagaimana bisa minho tak memberi kabar padaku atau setidaknya memberi tau.

“kau tak tau?”

“a..ahh kurasa dia memang di dorm” ucapku

***

Aku duduk di halaman rumahku sambil mencoret-coret kertas desain. Harusnya aku membuat satu desain lagi untuk tugasku tapi kertas itu malah terisi dengan nama minho.

Namja itu benar-benar tak member tahu aku kalau dia akan pergi. sebenarnya dia menganggapku yeojanya atau tidak. Aku tak habis pikir dengannya. Aku membuka ponselku tapi tak ada apapun. Tak ada pesan dari minho.

“arghhh. Molla. Aku tak mau pusing memikirkannya” ucapku sambil meremas kertasku dan membuangnya ke tempat sampah

Aku mengambil kertas baru dan mulai membuat desain baju. Entahlah, apa yang membuatku memikirkan jieun saat aku membuat desainku. Rasanya ini baju yang cocok dikenakan olehnya. Sebuah dres selutut yang simple, manis dan berkesan lembut dengan warna blue baby. Ini benar-benar akan cocok dengannya.

Aku menyelesaikan tugasku dengan baik  berkat jieun. Satu-persatu aku melihat kembali desain pakaiann yang kubuat mengingat besok aku harus mengumpulkan semua ini. tapi tunggu, ige mwoya? Ini bukan desainku.

Sebuah gambar bangunan. Woahh ini indah. Kalau bangunan ini benar-benar didirikan pasti akan sangat luar biasa. Tapi kenapa ini bisa ada padaku dan lagi, dinama tugas milikku. Apa aku salah mengambil milik orang lain? Aniya, tak ada orang lain yang tengah mendesain selain aku saat di perpustakaan. Chakaman, namja yang menabrakku tadi.

“bagaimana ini? aku harus mengumpulkan tugasku besok pagi. Arggghh kenapa harus tertukar dengan desain utama”

Aku melihat jam di ponselku menunjukkan pukul 08.24 pm. Apa yang harus kulakukan “ahh, jieun”

“yeoboseyo”

“jieun-ah, naya soo ji”

“arra. Wae?”

“kau tau namja yang menabrakku siang tadi?”

“arra. Woo bin oppa. Wae?”

“kau tau alamatnya?”

“mwoya. Apa yang mau kau lakukan dengan alamatnya?”

“tugasku tertukar dengan miliknya dan aku harus mengumpulkannya besok”

“aigoo. Chakaman aku akan mencarikannya untukmu”

“arraso. Gomawo jieun-ah”

***

Soo ji tengah terburu-buru. Yeoja itu berlari sesegera munngkin setelah mendapat alamat yang dikirim jieun. Dia baru saja tiba di gedung apartemen. Soo ji melihat kembali lantai yang harus dia datangi.

“lantai 11?” ucapnya ragu. Dia menuju ke arah lift. Yeoja itu mengamati lift itu sesaat. Ia seolah menimbang-nimbang sesuatu. Terlihat sedikit keraguan di wajahnya “gwenchana soo ji-ah lift ini cukup luas dan sangat terang” Soo ji memantabkan langkahnya kemudian menekan tombol angka 11

“1444….1444….1444” yeoja itu terus mengulang nomor kamar yang ia cari sambil melihat satu persatu nomor yang tertera di pintu “ini dia” ucapnya kemudian

Soo ji menekan tombol intercom beberapa kali kemudian terdengar jawaban dari seorang namja

***

“nugu?”

Mwoya? Namja ini benar-benar dingin dan sepertinya keras kepala “naneun bae soo ji ibnida. aku ingin mengembalikan ini dan mengambil milikku” ucapku sambil menunjukkan desain bangunan itu di intercom. Tak butuh waktu lama pintu apartemen itu terbuka.

Seorang namja yang baru saja membuka pintu menatapku. Mwoya? Kenapa dia menatapku seperti itu. dia terlihat seperti ingin memakanku hidup-hidup. Namja itu, yang menurut jieun bernama woo bin merebut kertasnya dariku kemudian hendak menutup pintu. Beruntung aku bergerak bepat dan mengganjal pintu menggunakan tas punggungku.

“ani, sunbae. Dimana milikku?” tanyaku tapi namja itu malah mencoba menyingkirkan tasku.

“Andwae, ini tidak bisa. Itu desain utamaku. Aku harus mengumpulkannya besok pagi. Aku hanya bisa menyelesaikan itu dalam seminggu. sunbae” ucapku sambil terus mendorong pintu.

Namja itu sepertinya sengaja tidaak lagi menahan pintu sehingga membuatku terjerembab dan terjatuh di lantai “argghhh” aku bangkit berdiri. Orang ini benar-benar berperilaku buruk. Aku tak bisa bersabar lagi untuknya “milikku eodi?” tanyaku

“kemarilah” ucapnya

Aku mengikutinya dari belakang. Da menunjuk sebuah pintu kemudian dia duduk menonton tv

“arraso, aku bisa mencarinya sendiri” ucapku

Aku membuka pintu itu dan mencoba mencari. Tapi tunggu, ini bukan ruangan. Aishh, ini almari? Saat itu aku mendengar pintu ditutup dan suara kunci yang diputar. Andwae, disini gelap dan sempit.

***

Woo bin baru saja mengunci pintu almari. Namja itu sedikit merasa puas akan tindakannya “yya neo arra? Desain ini juga dengain utamaku. Kau pikir kehilangan desain ini main-main eoh? Apa kau merasa beruntung karena kau masih bisa mengumpulkan desain utamamu?”

Sementara itu soo ji tak begitu mengerti apa yang diucapkan namja di luar sana. Yang ia tau adalah dia perlu keluar sekarang juga. Dia terus saja memukul-mukul pintu “sunbae keluarkan aku dari sini. Aku tidak bisa bernafas”

“kau mencoba menipuku eoh? Kau bahkan belum genap semenit di dalam sana. Karena kau membawa desainku aku kehilangan kesempatan untuk beasiswaku neo arra?” bentak woo bin

***

“kau mencoba menipuku eoh? Kau bahkan belum genap semenit di dalam sana. Karena kau membawa desainku aku kehilangan kesempatan untuk beasiswaku neo arra?” teriaknya

“sunbae” aku berteriak semampuku. Meski hasilnya hanya terdengar seperti bisikan. Eomma eottoke? Aku tak bisa bernafas. Aku mencoba memukul-mukul lemari lagi. Aku sudah tidak sanggup untuk bersuara. Geumanhae jebal

“yya, kau tak mau menjawabku eoh?” aku mendengar suaranya yang terdengar semakin menjauh sekarang “yya, gwenchana?”

Terdengar suara kunci yang diputar. Dan ingatanku berhenti sampai disana.

***

“yya, ada apa denganmu? Yya, ireona” woo bin mulai panik saat melihat soo ji kehilangan kesadarannya. “aishhh”

Namja itu mengangkat tubuh soo ji dan membawa soo ji ke kamarnya. woo bin segera berlari mencari apapun yang bisa dia gunakan untuk membangunkan soo ji tapi sialnya tak ada apapun yang sepertinya berguna. Sebuah pemikiran melintas di kepala namja itu. dia mengambil kertas desain milik soo ji

“agassi bangunlah. Ini milikmu. Kau bisa mengambilnya sekarang. bangunlah. Kau bilang kau harus mengumpulkannya besok” tapi yeoja itu tetap tak bergeming

“aisshhh, apa yang harus aku lakukan” woo bin mengacak rambutnya frustasi.

Soo ji berusaha membuka matanya saat telinganya menangkap suara berisik. Woo bin, namja itu kini menunjukkan ekspresi wajah yang tak bisa ditebak.

“sudah bangun?” ucapnya

“mwoya? Apa yang baru saja kau lakukan sunbae?” Tanya soo ji setelah melihat rambut woo bin yang tak karuan

“apa? Membangunkanmu” jawabnya

Soo ji menatap woo bin heran “dengan rambut?”

“ani. Dengan ini” ucapnya sambil melempar kertas desain soo ji

Soo ji tertawa antara geli dan meremehkan “kau bahkan tak tau cara menyadarkan orang pingsan”

“arra” ucap woo bin. Suara namja itu meninggi

“apa kau berpikiruntuk memberikan minyak kayu putih?”

“ani”

“lalu apa kau akan menyiramku dengan air?”

“ani”

“lalu apa?”

Woo bin terlihat berpikir “ssshhh,,, nafas buatan. Bukankah itu bisa?”

“yya. Kau gila?” ucap soo ji sambil melemparkan bantal yang ada disampingnya

***

Woo bin memarkir mobilnya “dimana rumahmu?” tanyanya

“disana. Terimakasih sudah mengantarku. Sekarang pulanglah sunbae”

“eyyy. Yeoja ini benar-benar. Sopan sedikit pada sunbae-mu. Dan lagi, kau pikir ini jam berapa? Aku harus pastikan kau masuk ke rumahmu dengan selamat. Bagaimanapun juga aku ini pria sejati”

Soo ji tak mempedulikan perkataan woo bin. Yeoja itu hanya terus berjalan sementara woo bin mengikutinya dari belakang “wahh, kau harus mendaki gunung setiap hari?” Tanya woo bin saat menaiki tangga

“kau berlebihan. Ini hanya tangga. Kita sampai. Sunbae, ini rumahku. Aku akan masuk dan sunbae kau silahkan pulang” ucap soo ji kali ini dengan sopan.

“arra. Masuklah. Aku mau pulang” soo ji membuka pintu gerbangnya dan masuk sementara woo bin belum beranjak dari tempatnya “haahhh. Kau membuatku cemas. Chakaman, siapa namanya tadi?”

***

“soo ji-ah” panggil jieun sambil melambaikan tangannya

Aku tersenyum dan melambaikan tanganku juga “wasseo?” tanyaku

“eoh. Sebaiknya kita pergi sekarang. langit sedang mendung, aka nada banyak pelanggan membeli kopi”

Aku menganggukkan kepalaku “kau tidak berlatih untuk pertandinganmu?” tanyaku. Sepertinya hubungan kami memang menjadi begitu dekat. Jieun selalu menceritakan apapun yang dia miliki tak peduli aku memperhatikannya atau tidak.

“aniyo. Tidak sekarang. mungkin nanti malam. Aku lebih baik berlatih sendiri. Berlatih bersama anggota membuatku tak nyaman. Mereka terus saja menggunjingku”

“dimana kau akan berlatih? Aku akan menemanimu. Eonniku selalu lembur akhir-akhir ini. kurasa akan lebih menyenangkan menemanimu ketimbang berdiam diri di rumah”

“eyyy, biasanya  kau lebih memilih tidur. Ada apa ini?”

“molla. Aku hanya sedang suntuk” jawabku

“tentang apa semua itu? apa karena minho oppa?”

Aku berdiam sejenak. Apa karena itu? kurasa bukan. Aku bahkan mulai tak memikirkannya sejak dua hari yang lalu “aniya”

“wae? Kau pasti sedih karena dia akan pergi ke jepang. Tapi itu bagus. Dia mendapatkan beasiswanya.”

Mwoya? Jinjja? Aku bahkan tak tau itu. aku mencoba mengatur raut wajahku “ahh, itu memang bagus untuknya”

“tunggulah sebentar, aku akan ambil mobilku”

“emm” ucapku

***

Sebuah mobil berhenti di depanku. Sepertinya aku mengenal mobil ini. aniya, ini bukan milik jieun. Tapi rasanya mobil ini sangat familiar. Saat itu kaca jendela terbuka

“yya, neo” ucap seorang namja dari dalam mobil

Mwoya? aku melangkahkan sebelah kakiku ke belakang “sunbae”

“apa yang kau lakukan di pinggir jalan?”

“ye?” apa dia bilang “ahh, aku sedang menunggu seseorang”

“namjachingu?” tanyanya

Namjachingu dari mana. Orang itu mungkin tenggelam di laut. bahkan hampir sebulan aku tak mendengar suaranya “aniyo. Hanya chingu. Yeoja,, yeoja” ucapku

“ahhh. Kalian mau pergi kemana?”

Aishh kenapa dia banyak Tanya “kerja paruh waktu”

“dimana?”

“aniya sunbae. Chogi, kau sedang menginterview eoh?”

“aishh. Aku hanya bertanya. Kalau tak mau jawab yasudah” ucapnya ketus. Dia menutup kaca mobilnya

“wae?” tanyaku saat dia membuka kacanya lagi

“siapa namamu?”

“mau apa kau bertanya namaku?”

“heissyy. Jawab saja”

“soo ji…soo ji. Bae soo ji” ucapku ketus

“yya soo ji-ah, kau harus bertanggung jawab karena aku kehilangan beasiswaku”

“mwo?” tanyaku tapi namja itu terlanjur menginjak pedal gasnya dan pergi

***

Woo bin sengaja memelankan laju mobilnya. Dia melihat sebuah mobil putih berhenti di depan soo ji. Namja itu menepikan mobilnya dan menunggu mobil putih itu lewat. Namja itu sepertinya benar-benar tertarik pada bae soo ji. Dia mengikuti mobil putih itu yang akhirnya berhenti di sebuah kedai kopi.

Woo bin hanya duduk dalam mobilnya untuk waktu yang lama. Ia mengamati kedai kopi yang kian nramai itu. namja itu mulai merasa bosan “hooaaammm, apa ini sudah cukup lama?” dia melihat jam tangannya “kurasa cukup. Dia tak akan curiga kalau aku mengikutinya”

“chogi. Segelas Americano panas” ucapnya pada soo ji “nuguya? Bae soo ji? Kita bertemu lagi. Sepertinya ini takdir” ucap woo bin seolah itu hanya kebetulan

Soo ji memandang sunbaenya itu “apa yang kau lakukan disini sunbae?”

Woo bin tertawa “kau sangat lucu. Apa menurutmu aku kesini untuk berenang? Tentu saja aku mau membeli kopi”

“tapi kenapa aku merasa kalau aku melihatmu terlalu sering akhir-akhir ini?”

“jinjja? Mungkin kita akan bertemu lagi nanti. Apa sekarang kau tak akan memberikan kopiku?” tanyanya

Soo ji menghembuskan nafas kasar dan segera membuat kopi pesanan sunbaenya itu.

***

“ahjumma, nan wasseo” ucapku begitu tiba di restoran sushi

“arra. Layani pelanggan di meja Sembilan” titahnya

Hahh? Aku bahkan belum menaruh tasku. Ahjumma ini benar-benar menyebalkan. Saat itu aku mendengar bisikan lirih

“gwenchana. tersenyumlah sedikit” ucap jieun

Aku mendengus dan menaruh tasku. Aku mengambil buku menu dan membawanya pada pelanggan. Tapi lihatlah siapa disana, kenapa orang itu lagi. Ini ketiga kalinya aku bertemu dia dalam sehari. Apa dunia ini begitu sempit? Aishh

“silahkan memesan pelanggan” ucapku sambil menaruh buku menu

“ahh, ne”ucapnya “woahh, coba lihat. Bae soo ji. Kau lagi?”

“ada yang ingin anda pesan pelanggan?”

“ahh ye, aku mau ini dan ini” tunjuknya pada gambar sushi di buku menu

“akan segera tiba” ucapku lalu pergi.

Aku menaruh buku menu sekenanya. Memang lebih terkesan dilempar dan itu membuat jieun yang baru saja masuk terkejut

“mwoya? kenapa kau ini?”

“aniya. Gwenchana”

***

Aku meregangkan tubuhku. Rasangya tulang –tulangku terpatri satu sama lain.

“kau lelah? Bagaimana kalau aku mengantarmu pulang?”

“aniyo. Aku akan menemanimu berlatih. Dimana kau akan berlatih?”

“kampus”

“ye? Malam-malam begini? Bagaimana kalau aku tak menemanimu? Kau akan benaar-benar sendiri?”

“biasanya juga seperti itu. ini tak seburuk yang kau pikirkan. Beberapa mahasiswa biasanya berkumpul untuk membahas acara atau sekedar membaca buku di perrpustakaan”

“jinjja? Kau sudah minta ijin untuk kolam renang?”

“wae? Aku punya kuncinya” jieun tersenyum “ini perlakuan istimewa untuk bintang kampus”

“eyy, apa kau sedang menyombongkan dirimu?”

Jieun tertawa “itu bagus. Aku suka gayamu. Kau mengutarakan apa yang kau pikirkan langsung di hadapanku. Kajja” ucapnya sambil menarik tanganku

***

Aku memilih duduk di pinggir kolam sambil menggambar beberapa desain pakaian saat jieun mulai melakukan pemanasan. Yeoja itu mungkin putri duyung kalau saja putri duyung benar-benar ada. Seperti yang jieun katakana, ini tidak terlalu buruk. Masih ada banyak orang di luar sana.

Aku menggambar sebuah pakaian untuk namja. Kurasa ini bagus untuk musim dingin nanti. Pakaian lengan panjang dengan kerah menutupi leher. Ini akan terbuat dari kain wol mahal yang sangat lembut dan sebuah kemeja. Terakhir sebuah jas kasual yang semi anti air. Ini bagus, terutama untuk orang-orang yang tinggi. Mungkin sunbae, dia harus merubah gaya rambutnya juga. Itu akan membuatnya terlihat hangat dan lebih lembut.

Tunggu dulu, apa aku baru saja membicarakan tentang orang itu? kurasa aku mulai keluar dari pikiranku. Aku melihat orang itu terlalu banyak hari ini. woahh, aku tak menyangka itu akan sangat berpengaruh. Tapi aku berterima kasih, setidaknya aku membuat sebuah desain baju.

***

Woo bin menyandarkan dirinya pada pintu mobil. Namja itu memainkan kakinya. Ia menundukkan kepalanya dan terus saja terlihat gelisah “apa aku harus melakukannya?” tanyanya pada diri sendiri “aniya, tidak secepat ini. pasti akan terlihat aneh”

woo bin membuka pintu mobilnya “tapi aku bahkan tak yakin bisa tidur dengan tenang mala mini” namja itu menutup pintuu mobilnya lagi “aku pasti sedang mabuk” ucapnya kesal pada diri sendiri

“aihh, molla. Geu yeoja jinjja” ucapnya lalu pergi. namja itu memasuki gedung olahraga dan menuju ke kolam renang. Bukan hal sulit untuk menemukan bae soo ji karena disana memang hanya ada soo ji dan seorang yeoja lain yang tengah berenang.

“yya bae soo ji” ucap woo bin segera setelah dia duduk di samping soo ji

Yeoja itu menatap heran “sunbae?”

“dengarkan aku baik-baik. Kurasa aku menyukaimu. Jadi ayo berpacaran”

“yee?” ucap soo ji

“aa.. bagaimana menjelaskannya. Begini… jadi” woo bin menahan nafasnya sebentar “ahh, apa kau tak mengerti arti kata suka?”

“cha…chakaman sunbae” ucap soo ji sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Yeoja itu membenahi posisi duduknya “mworagu?”

“ani..soo ji… jadi intinya adalah”ucap woo bin penuh dengan jeda “aishh. Aku benar-benar gila sekarang” woo bin mendekatkan wajahnya pada soo ji “pikirkan ini. aku akan menagih jawabannya besok” namja itu mengecup bibir soo ji. Hanya 3 detik, 3 detik yang membutakan.

***

“yya bae soo ji” seru seseorang yang kemudian duduk di sampingku

Nugu? Sunbae? Apa aku berhalusinasi. Kurasa memang aku terlalu banyak memikirkannya “sunbae?”

“dengarkan aku baik-baik. Kurasa aku menyukaimu. Jadi ayo berpacaran”

“yee?” apa yang baru saja dia katakana? Aku tak mengerti.

“aa.. bagaimana menjelaskannya. Begini… jadi” woo bin berhenti bicara untuk sesaat “ahh, apa kau tak mengerti arti kata suka?”

“cha…chakaman sunbae” aku mencoba mencerna apa yang dia katakana. Tapi tidakkah aku salah dengar “mworagu?”

“ani..soo ji… jadi intinya adalah” ucapnya. Lihat. Dia bahkan terlihat bingung dengan apa yang barusan dia katakana “aishh. Aku benar-benar gila sekarang” dia mendekatkan wajahnya padaku. mwoya ige? “pikirkan ini. aku akan menagih jawabannya besok”

Mwoya? aku merasakan ada semacam sengatan listrik menjalar di sekujur tubuhku. Aku menyadari kedua mataku makin membulat sekarang. tapi rasanya benar-benar, argghh apa ini. aishh rasanya darahku terlalu cepat mengalir. Eottoke, jantungku berdetak terlalu cepat.

Aku masih terpaku sementara namja yang baru saja menciumku itu berdiri “pikirkanlah” ucapnya sambil mengusap kepalaku lalu pergi.

Apa aku baru saja bermimpi? Kurasa aku terlalu banyak bekerja. Apa dia benar-benar ada di depanku barusan? Atau aku hanya berhalusinasi sepanjang hari?

“yya soo ji-ah neo gwenchana?”

“eoh?” aku mendongakkan kepalaku. Sepertinya itu jieun “neo lee jieun?”

“heyyy, kau bercanda? Ini aku. Ada apa denganmu?”

Aku mencoba menggelengkan kepalaku berulang kali berharap akan segera terbangun kalau ini sebuah mimpi

“yya” ucap jieun

“ehh? Bukan mimpi” lirihku

“mwo?”

“aniya. Kajja”

***

Soo ji terus saja melamun sejak kelas dimulai. Yeoja itu kini memiliki kantung hitam di bawah matanya. Dia terlihat seperti raga tanpa ruh. Beberapa orang yang lewat di hadapannya lantas berbisik

“soo ji-ah” itu lee jieun. Gadis itu menatap soo ji bingung “ada apa dengan matamu?” tanyanya

“gwenchana. wae?” tanyanya. Tak biasanya mereka bertemu selain saat pulang kuliah untuk pergi kerja bersama

“kita tak perlu kerja nanti. Aku sudah meminta ijin jadi kita bisa..”

“arraso, aku akan pulang ke rumah dan tidur” ucap soo ji. Yeoja itu melihat sekelilingnya “yya park nari bisa kau bantu aku. Tolong berikan ini pada dosen” soo ji menyerahkan lembar tugasnya “bilang padanya aku sakit” soo ji lantas berlalu begitu saja

“ada apa dengannya” jieun mengikuti sahabatnya itu “kajja. Kuantar kau pulang” ucap jieun sambil menarik tangan soo ji sementara yang di tarik hanya ikut tanpa perlawanan

TBC

10 thoughts on “. . . . 변화 A

  1. Baru tau ada ff baru, ijin baca author 🙂
    Ceritanya menarik, Minho pergi kemana? dan Jieun agak mencurigakan… Woobin suka sama Sooji dan langsung nembak, apa jawaban dari Sooji? penasaran…
    Ijin baca part 2 nya, gomawo author 🙂

    Like

Leave a reply to Tika Cancel reply